Pages

Kamis, 29 November 2012

Hal Kematian (Part 2)



II.    MENGIRIMKAN PAHALA ATAS SUATU AMALAN KEPADA RUH ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA . . . .  ?

Sampaikah paket itu kepada alamat yang dituju  ?
Jawabnya : Tidak akan sampai pada alamat .

Apa dasar / sebabnya ?
1.      Q.S. An-Najm (53) ayat 39 ;
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”.
 
2.      Sabda Rasululloh saw ;
اذا ما ت ابن اد م انقطع عمله إلا من ثلا ثٍ : صد قةٍ جا ريةٍ او علم ٍ ينتفع به او ولدٍ صا لح ٍ يد عو له .
“ Idza maata Ibnu Adama inqothonga ‘amaluhu illa min tsalaatsin. Shodaqotin jaariyatin,au ngilmin yantafangubihi au waladin sholihatin yadnguu lahu “
Artinya : Bila anak Adam meninggal dunia, maka putus semua amalnya, kecuali tiga : shodaqoh jaariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholih yang mandoakan keduanya “.

Keterangan :
·         Siapa yang akan mengantar mayit ke liang kubur /pemakaman ?
Jawab : sanak saudara, tetangga, para famili dan handai taulan, bahkan mungkin bapak/ ibu, suami/isteri dll. Merka yang merawat di saat sakit, yang memandikan sesudah dia mati, mengafani, mensholati, dan bahkan sampai kepenguburan. Hanya sampai di situlah kita bisa mengantar, selanjutnya mereka kembali pulang. Itupun kalau kita baik sama  mereka, kalau tidak barang kali melayatpun mereka tak mau.
·         Lantas selanjutnya siapa yang akan menemani kita ?
·         Harta kita, jabatan kita sampai di mana mereka mengantar / menolong kita ?
Jawab : Harta dapat dipakai untuk membiayai hidup kita. Dengan jabatan kita dapat memperoleh fasilitas secukupnya, akan bermanfaat adanya. Itu semua hanya mengantar sampai di pekuburan saja, lantas mereka pulang juga.

Kita Ibarat Punya Tiga (3) Anak Dan Mereka Itulah Teman Sejati
Ø  Mereka yang merawat saat sakit, memandikan, mengafani, mansholati, menguburkan, bahkan lebih hebat lagi , sebab mereka akan tampil membantu kita di saat menghadapi pengadilan tertinggi di hadapan Hakim Agung, Alloh swt. Mereka akan tampil sebagai ;
1)    Sebagai saksi yang amanah dan profesional.
2)    Menjadi penolong kita di saat kita terpojok
3)    Sebagai penyelamat di saat kita menghadapi jilatan api neraka yang dahsyat itu.
4)    Sebagai penyejuk di saat kita kepanasan dan kehausan.
5)    Sebagai teman setia menemani kita di saat kita ketakutan di meja hijau pengadilan.
6)    Sebagai pelipur lara di saat kita sedang risau / galau.
7)    Sebagai pendekar, di saat kita menghadapi mara bahaya.
8)    Sebagai khodimun (pelayan) di saat kita  membutuhkan sesuatu.
9)    Sebagai penggembira, di saat kita sedang sedih atau susah.
10) Sebagai penasehat, di saat kita sedang kesulitan atau kebingungan.

Itulah sepuluh (10) peran ketiga anak kita itu, maka rawatlah anak-anak kita (amal shalih, ilmu dan anak sholih) dengan penuh kasih sayang dan ikhlas karena Alloh semata,  dan bahkan masih banyak lagi peran yang dapat dilakukan oleh mereka.
Siapakah sebenarnya mereka  / ketiga anak kita itu  ?
Pertama : Sedekah Jariah
Merupakan anak kita yang berasal dari harta kita yang kita keluarkan/ kita sedekahkan sesuai dengan arahan Alloh swt. Alloh yang memberi kita rezeki dan Alloh pula yang meberi arahan kpd kita dalam memanfaatkan harta itu. Bentuknya adalah zakat, infaq, shodaqoh dan bentuk kebaikan lainnya. Kalau kita turuti perintah itu maka pada saatnya nanti sedekah/ amal kita itu akan berubah dan tampil sebagai Amal Jariyah , sebagai anak kita yang pertama , yang akan menolong kita di akherat.
Amal jariah dapat diwujudkan dalam bentuk bangunan rumah sakit beserta peralatannya, gedung sekolah, panti asuhan, Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) dll. Disebut amal jariah sebab pahalanya akan terus mengalir selama masih bermanfaat.
Ø  Sebagian harta kita yang dikeluarkan di jalan Alloh inilah yang menjadi tabungan kita nanti yang tidak hanya mengantar sampai di pekuburan saja, tetapi sampai di akherat kelak, yang insya Alloh bersifat “Abadi”.
Ø  Sedang harta yang kita tinggalkan belum mesti bermanfaat bagi yang telah mati, bahkan tidak sedikit harta warisan yang menjadi fitnah bahkan manjadi mala-petaka bagi keluarga yang ditinggalkan.
Ø  Maka manfaatkanlah sebagian harta kita untuk beramal sholih.

Kedua :Ilmu yang bermanfaat atau ilmu yang dimanfaatkan.
Ilmu yang kita miliki, sekecil apapun mestinya kita manfaatkan untuk “ sabilillah “ juga, agar tidak sia-sia, agar memberi manfaat,  baik bagi pemiliknya maupun untuk orang lain, sehingga mempunyai “peran sosial “. Ilmu yang bermanfaat inilah yang akan manjadi “anak kedua “ kita, yang kelak juga akan menemani kita di akherat nanti.

Ketiga : Anak sholih yang mendoakan orang tuanya.
Anak sholih kita, baik laki maupun perempuan, kita didik, kita biasakan untuk berbakti dan mendoakan orang tua, baik orang tua yang  masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia . Doa untuk orang tua wajib dilakukan oleh setiap muslim, walaupun dirinya sendiri  sudah menjelang tua. Untuk mendidik anak menjadi anak sholih tidaklah mudah, dimulai sejak kecil, bahkan sejak memilih calon pasangan hidup / suami-isteri, sejak bersebadan pertama, membiasakan doa, memberi makanan yang halal, dalam pergaulan, memilih kawan bergaul sehari-hari, dalam memilih lingkungan pendidikan yang Islami/ baik dll memerlukan perhatian orang tua secara serius , serta menghindari pergaulan yang bisa merusak jiwa anak-anak kita.

Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan di depan tentang kiriman pahala atas suatu amalan untuk orang yang sudah meninggal dunia sebagaimana banyak dilakukan oleh sebagian umat Islam, misalnya ; mengundang orang banyak untuk membaca surat Yasin atau amalan lainnya dengan maksud agar pahala dari amalan tsb dikirimkan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Menurut firman Alloh surat An-Najm(53) : 39 serta hadits nabi tsb di depan, tidak bisa sampai / tidak diterima oleh Alloh, karena amal seseorang tidak bisa diambil atau diberikan kepada orang lain. Demikian pula yang namanya dosa seseorang tidak dapat diwariskan kepada orang lain, jangankan menanggung dosa orang lain, karena mempertanggung jawabkan dosanya sendiri saja tidak bisa. Seseorang hanya akan mendapat pahala atau dosa dari perbuatannya sendiri, dan doa yang diterima oleh Alloh adalah doa yang ditujukan langsung kepada Alloh swt, tanpa lewat perantara siapapun.
Dalam masyarakat Islam sendiri masih banyak yang berfaham/ bertradisi “ yasinan” atau kirim amalan dengan amalan mengikuti faham Imam Syafi’i. Benarkah itu faham Imam Syafi’i ? Imam An-Nawawi menyebutkan dalam kitabnya Syaroh Muslim, sbb :
و امَّا قراءَة ُ القراءَة ُ القرانِ ِ فالمشهورُ من مذ هبِ الشا فِعِيِّ أنه ُ لا يصل ُ ثوَا بُهَا إليَ مَيِّة ِ بُها الي المَيِّتِ وَ دَ لِيْلُِ الشا فعيِّ و مُوَا فِقِيْهِ قول الله ِ تعالي : وَ اَنْ لَّيْسَ الاِ نسَان ِ إلا ما سَعَي . وَقَوْلُ النبِيِّ صلعم : إذأ مات ابن أدمَ إنقطع عمله إلا من ثلا ث ٍ , صد قة ٍ جا رية ٍ او عِلم ٍ ينتفع به ِ اوْ وَلَد  صالحٍ يد عو له ُ. – النواوي , شَرَّة ُ المسلمُ جزءُ ا ص .
“ Wa amma qiroqtul Qur’ani falmasyhuuru min madzhabi Syafii innahu laa yashilu tsawaabuha ilal mayiti ... wa daliilu Syafii wa muwaafiqiihi qaulullohi ta’ala : “ wa an laisa lil insaani illa maa sa’aa “  wa qoulunnabiyyi saw : Idzaa maatabnu Adama inqotho’a amaluhu illa min tsalatsin, shodaqotin jaariyatin, au ‘ilmin yantafa’u bihi au waaladin sholihatin yad’uu lahu “.
Artinya : Adapun bacaan Al Qur’an (yang pahalanya dikirimkan kpd mayit, maka yang masyhur dalam Madzhab Syafi’i, tidak dapat sampai kepada mayit yang dikirimi... sedang dalil Imam Syafi’i yaitu firman Alloh yang artinya ;rang tidak akan memperoleh , melainkan pahala dari usahanya sendiri “. Dan sabda rasululloh  saw “ Apabila manusia telah mati, maka terputuslah amal usahanya , kecuali 3 hal, yaitu ; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih (laki atau perempuan) yang berdoa untuknya (mayit).
------------- An-Nawawi,Syaroh Muslim juz 1 halaman 90. --------

Beberapa Pendapat Yang Lain
1.    Al-Hatimi dalam kitabnya Al Fatawa Al-Qubro AlmFiqhiyah mengatakan : “Mayit tidak dapat dibacakan apapun, pahala bacaan tidak dapat dikirimkan kepadanya ........ dst dasarnya adalah ayat An-Najm ayat 39 .
2.    Imam Muzani dalam kitab Hamisy Al Um , mengatakan ;” rasululloh memberitakan sebagaimana diberitakan Alloh, bahwa dosa seseorang akan menimpa dirinya sendiri seperti halnya amalnya adalah untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain dan tidak dapat dikirimkan kepada orang lain.”
------------- ( Al-Um, Asy-Syafi’i juz 1 halamam 269 ) ----------

. . . كُلِ امْرِءٍ عليه كما أ نَّ عَمَله ُ, لَهُ لا لِغيَرهِ  وَ لا عليهُ
 Artinya : Dosa seseorang akan menimpa dirinya sendiri, seperti halnya amalnya adalah untukdirinya sendiri, bukan untuk orang lain dan tidak dapat dikirimkan pada orang lain “.
3.       Dalam tafsir Jalain disebutkan ;
فلَيْسَ لهُ مِنْ سَعْي ٍغَيْرِه ِ اْلخَيْرَ شَيْئٍ
Artinya : Maka seseorang tidak memperoleh pahala sedikitpun dari hasil usahanya orang lain “.  
------ Tafsir Jalalain 2 / 197.--------

Kesimpulan ;
1.    Bahwa Madzhab Syafi’i  mengajarkan bahwa mengirim pahala atas bacaan kepada mayit itu tidak akan sampai.
2.    Amalan seperti itu sia-sia, maka jangan dilakukan.
3.    Berkumpul di rumah orang yang meninggal untuk melakukan amalan tsb dilarang, termasuk hidangannya.
4.    Memberantas amalan tsb berpahala.
5.    Selamatan kematian (hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, ke 1 tahun, ke 1000 dll) bukanlah ajaran agama Islam.
Sebaiknya sanak-saudara, tetangga, handai tolan, memberikan santunan kepada keluarga yang ditimpa kesusahan, jangan malah menambah beban kepada keluarga yang sedang susah.

1 komentar:

  1. Lu jgan bilang itu bukan ajaran islam, klo meliht dalil imam safei iya, saya setuju, tpi lu lihat dalil madhb lain nya sperti imam hanapi hambali dan maliki... Itu jelas sangat di anjurkan.

    BalasHapus